Rasulullah mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dan sebagai makanan bagi orang fakir miskin
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah robbil ‘alamin wabihi nasta’in wa nushalli wa nusallim
wamubarik ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi waman
tabi’ahum bi ihsan ila yaumiddin wa ba’du :
Kaum muslimin, kaum muslimat, para pendengar radio Rodja dan para
pemirsa tv rodja yang dimuliakan Allah, kita sampai pada pembahasan
terakhir dari pembahasan zakat, yaitu pembahasan tentang zakat fitrah.
Zakat fitrah merupakan kewajiban yang difardhukan oleh Rasulullah SAW
kepada setiap muslim, yang sebab wajibnya adalah karena berbuka dari
puasa, berdasarkan hadist Ibnu Abbas yang diriwayat oleh Abu Daud dan
Hakim dalam Mustadroknya dan beliau mengatakan shahih berdasarkan syarat
shahih Imam Bukhori, tetapi Imam bukhori tidak menyebutkan dalam kitab
shahihnya, dan Imam Zhahabi menyetujui perkataan Hakim, bahwa Ibnu
Abbas mengatakan : “ bahwa Rasulullah mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dan sebagai makanan bagi orang fakir miskin” .
Sebagaimana zakat Maal maka zakat fitrah juga mempunyai syarat wajib, adapun zakat fitrah syarat wajibnya yaitu :
- Muslim, maka yang tidak muslim tidak ada kewajiban mengeluarkan zakat fitrah. Tidak disyaratkan laki-laki, baligh dan berakal. Maka setiap muslim diwajibkan membayar zakat fitrah. Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar : “ Rasulullah mewajibkan zakat fitrah sebanyak 1 sho’ dari kurma atau gandum bagi setiap muslim baik laki maupun perempuan yang merdeka,budak,orang tua, anak kecil”. Hadist ini diriwayatkan oleh Imam bukhari. Maka setiap muslim wajib membayar zakat fitrah walaupun budak.
- Nisab (harta yang harus dimiliki) berbeda dengan zakat maal yang telah kita jelaskan. Zakat fitrah bila seseorang telah memiliki makanan untuk idul fitri maka yang berlebih dari makanan tersebut walaupun kurang dari 1 sho’ maka wajib dikeluarkan zakat fitrahnya, maka seorang fakir miskin yang mendapatkan zakat sebelum waktu wajib dihari terakhir Ramadhan dia menerima zakat fitrah 10 sho’ atau lebih untuk dia dan kelurganya pada hari esoknya, dipisahkan untuk kebutuhannya dan keluarga dan sisanya di zakatkan sesuai dengan zakat fitrah yang harus dikeluarkannya, andai dia menerima setelah masuk waktu wajibnya, umpamanya ditengah malam ada orang yang memberikan zakat fitrah dalam jumlah yang besar, maka tidak ada lagi kewajiban untuknya.
Siapakah yang harus mengeluarkan zakat fitrah ini?
Para ulama mengatakan berdasarkan atsar Ibnu Abbas RA bahwa beliau
mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya, keluarganya, dan bahkan untuk
Nafi’ bekas budaknya, maka siapa yang menanggung makan seseorang
nafkahnya maka dialah yang mengeluarkan zakat fitrah dari orang-orang
yang ditanggung nafkahnya oleh dia.
Kapan waktu wajib zakat fitrah dikeluarkan ?
Berdasarkan hadist Ibnu Umar tadi bahwa Rasulullah SAW mengatakan ”
Rasulullah mewajibkan saat berbuka di hari terakhir bulan Ramadhan”,
waktu berbuka yaitu ketika terbenam matahari. Akan tetapi dibolehkan
mengeluarkan 1 atau 2 hari sebelum waktu wajibnya, namun sebagian ulama
mengatakan dan ini merupakan Mazhab Syafi’i bahwa boleh juga dikeluarkan
dari awal bulan Ramadhan, karena menurut mereka zakat ini diwajibkan
karena “ fitri” (berbuka) dan berpuasa maka bila salah satu penyebabnya
ada seperti mulai masuk bulan ramadhan maka sudah di benarkan menurut
mazhab Syafi’i, akan tetapi pendapat yang kuat berdasarkan atsar dari
Ibnu Umar tadi bahwa 1 atau 2 hari sebelumnya dibolehkan, walaupun
sebelum waktu wajibnya yaitu pada waktu terbenam matahari di hari
terakhir bulan Ramadhan.
Kapankah berakhir waktu zakat fitrah ini ?
Zakat fitrah berakhir pada waktu didirikannya shalat I’dul fitri,
bila didirikan shalat I’ed maka berakhirlah waktu mengeluarkan zakat
fitrah, berdasarkan hadist Ibnu Abbas “Siapa yang membayar zakat
fitrah sebelum shalat I’ed fitri maka diterima oleh Allah, barang siapa
yang membayarnya setelah shalat I’ed fitri maka dia hanya sedekah
biasa”. Akan tetapi tetap dia mengeluarkan sebagai zakat fitrah, tetapi sudah lewat waktu wajibnya.
Dimana zakat fitrah diberikan?
Zakat fitrah mengikuti kebaradaan orang yang berfitrah pada waktu
masuk waktu wajibnya. Waktu wajibnya kita katakan di waktu terbenam
dihari terakhir bulan Ramadhan, dan boleh 1 atau 2 hari sebelumnya, maka
dimana keberadaan seorang muslim pada hari-hari tersebut maka disanalah
afdhalnya dia mengeluarkan zakat fitrah, akan tetapi dibolehkan juga
bila ada kebutuhan atau kemashlahatan bagi kaum muslimin untuk
dipindahkan zakat fitrah tersebut, andai umpamanya di iklim yang lain
atau didaerah yang lain sangat membutuhkan dan batasan daerah ini
berbeda para ulama dalam radius 80 km, itu masih dinamakan dalam
negerinya, keluar dari itu baru dinamakan memindahkan kenegeri yang
lain, bila dia beda kecamatan tapi masih dalam jarak masih 80 km belum
dianggap memindahkan zakat, walaupun yang terbaik yaitu yang terdekat
dengan daerahnya, tetapi bila ada karib kerabatnya yang agak jauh dari
daerahnya yang lebih membutuhkan juga maka tidak mengapa diberikan
kepada mereka.
Berapa ukuran wajib dikeluarkan?
Dari hadist Abi Sa’id Al khudri bahwa biliau mengatakan : “ Kami
seluruhnya ketika masa Rasulullah SAW mengeluarkan 1 sha’ dari
makananan pokok kami, dan adalah makanan pokok kami ketika itu adalah
kurma, kismis, anggur, susu yang dikeringkan”.
Ukuran 1 sha’ sudah kita jelaskan kemarin, terjadi perbedaan diantara
ulama berdasarkan perbedaan pendapat mereka pada sha’ Nabawi, ada yang
mengambil ukuran rata-rata sha’ dari ukuran telapak tangan, maka ini
lebih sedikit dari ukuran dengan ukuran Zaid bin Tsabit bahwasanya
sekitar 3,25 liter bila di ukur dengan berat sekitar 2,5 kg ±, tetapi
2,5 kg sudah bisa dikatakan sama dengan sha’ Rasulullah SAW bahkan
lebih.
Bolehkah dikeluarkan berupa uang sebagai ganti dari makanan pokok
tersebut ? makanan pokok di indonesia adalah beras maka bolehkah diganti
dengan uang?
Bila kita keluarkan uang, kemudian kita meminta kepada yang
mewakilkan atau kepada pihak yang mengumpulkan zakat agar dibelikan
beras maka tidak ada perbedaan para ulama bahwa itu boleh. Akan tetapi
kalau memang uang yang langsung kita berikan pada fakir miskin inilah
yang ada perbedaan para ulama. Sebagian para ulama mengatakan bahwanya
sah dan ini adalah pendapat dari Abu Hanifah, berdasarkan tujuan
kemashlahatan menurut mereka bahwa kemaslahatan baiknya bagi fakir
miskin mereka menerima uang, mereka bisa memenuhi kebutuhan mereka di
hari itu mungkin untuk pakaian dll.
Akan tetapi mayoritas ulama Mazhab Malikiah, Syafi’iah dan Hanabilah
mereka mengatakan tidak boleh dengan uang dan tidak sah dengan uang,
karena dari hadist Abi Sa’id Al Khudri tadi mengatakan “ Kami dahulu dimasa Rasulullah mengeluarkan zakat fitrah 1 sha’ dari makanan pokok”, tidak
pernah mereka mengeluarkan dalam bentuk uang, kemudian Rasulullah juga
mengatakan “ memberi makan bagi fakir miskin”, memberi makan adalah
berupa makanan. Allahu Ta’ala A’lam. Untuk menggugurkan kewajiban kita
kepada Allah sebaiknya keluarkanlah makanan pokok sebanyak 1 sha’.
Kepada siapa dibagikan zakat fitrah ini ?
Mayoritas ulama mengatakan,dan ini Mazhab Syafi’iah dan Hanabilah
bahwasanya sama yaitu dibagikan pada Asnaf yang delapan, karena Allah
SWT mengatakan secara umum dalam firmanNya “Sesungguhnya sedekah untuk
orang fakir,miskin dan seterusnya” (QS 9: 60) di dalam ayat tersebut ada
kata “ As Shadakaat” menggunakan kata isim jama’ yang dimasuki alif
laam memfaedahkan umum atau mutlak, maka seluruh jenis sedekah termasuk
zakat fitrah dan maal adalah untuk asnaf yang delapan.
Tetapi sebagian ulama memilih bahwa di dalam hadist-hadist Rasulullah
mengatakan alasannya adalah untuk dimakan oleh fakir miskin, hampir
seluruh hadist-hadist yang mengenai zakat fitrah adalah untuk fakir
miskin, sekalipun mayoritas ulama membolehkan, berikanlah prioritas
lebih untuk asnaf yang pertama yaitu fakir miskin. Allahu a’lam.
Pertanyaan :
Assalamu alaikum ustaz.
- Apakah boleh zakat fitrah atau zakat maal di salurkan ke yayasan seperti masjid, madrasah atau untuk membeli tanah untuk pekuburan umum?
- Saya seorang pedagang, beberapa waktu yang lalu usaha kami hampir bangkrut, kemudian saya meminjam uang disalah satu bank, dan alhamdulillah dari uang tadi saya putar kembali dan usaha kami mulai bangkit kembali, yang jadi pertanyaan, tahun ini kami akan berangkat menunaikan ibadah haji dengan uang yang kami putar dari pinjaman dari bank tersebut, hukumnya bagaimana ust?
- Sekarangkan ongkos naik haji di wilayah kami sekitar ±35 juta apakah wajib dikeluarkan zakatnya atau tidak?
- Di masjid kami sempat terjadi perbedaan pendapat waktu wajib mengeluarkan zakat, apakah dimalam I’ed fitri ataukah subuh sebelum pergi untuk shalat I’ed ?
- Ada ibu-ibu yang datang kerumah saya, dia mengaku sebagai pengurus anak yatim, kemudian kita janji mau beri zakat fitrah ke dia ternyata ada yang mengenalnya dia dan mengatakan bahwa anak yatim itu adalah anaknya sendiri, tapi dia tergolong miskin. Apakah tetap kita berikan pada dia atau tidak?
Jawaban :
- Bahwa zakat terutama zakat fitrah, maka seperti yang kita katakan tadi sebagian ulama mengatakan jangankan untuk pekuburan umum atau untuk masjid, untuk yang ibnu sabil, amil, mu’allaf menurut sebagian ulama tidak boleh. Yang boleh hanya untuk fakir miskin saja, karena hadist-hadist tersebut menyatakan untuk memberi makan fakir miskin, dan memang beras, beras untuk membangun masjid maka dibutuhkan berapa ton? Dijual dan dibeli untuk tanah pekuburan habis zakat kaum muslimin di dua negeri baru mungkin bisa memenuhinya, maka hikmahnya dalam zakat fitrah utamakanlah fakir dan miskin.
Adapun zakat maal sudah tertentu juga yang mustahiqnya, sebagaimana
yang telah kita jelaskan pada pertemuan yang lalu. Allah mengatakan
dengan lafaz “ innama” hanyasanya kemudian “lil fuqara” untuk orang
fakir, maka orang-orang yang berusaha mengambil pendapat yang dikatakan
Arrozi dalam tafsirnya, kemudian dinukil dari Al Qaffal pendapatnya
lemah sekali, bahwa makna “fi sabilillah” di artikan sangat luas
sehingga bisa masjid, pekuburan dll, maka ini pendapat yang sangat lemah
sekali. Kwatir anda diamanahkan anda sendiri yang memberikan zakat
untuk itu dan tidak diterima oleh Allah sebagai zakat dan tidak selesai
kewajiban dan anda harus membayar kembali. Maka berikanlah untuk fi
sabillah yang jelas; yaitu untuk mujahid atau dengan makna yang lebih
umum yaitu untu para penuntut ilmu juga boleh, para ustaz boleh,
kemudian untuk belajar mengajar ilmu agama masih masuk dalam jihad fi
sabilillah. Allahu A’lam. Maka jangan di gunakan untuk masjid dan
pekuburan karena ini saluran tersendiri yaitu waqaf.
- 35 juta bila sama dengan 85 gram emas dan telah tersimpan selama satu tahun maka terkena zakat, dengan syarat sampai satu tahun, akan tetapi bila statusnya adalah pinjaman maka kewajiban zakat tidak ada dan juga haji tidak ada kewajiban, tapi bila dia ingin berangkat juga dengan uang tersebut maka tetap sah, akan tetapi belum wajib baginya. Yang lebih afdal dia tidak melakukan ibadah haji, karena haji adalah wajib bagi orang-orang mampu dan ketika dia berhutang dia harus memberikan hak manusia, maka sebetulnya dia belum mampu. Dan apakah uang tadi ada zakatnya? Ada zakatnya karena ada ditangannya dan tidak dibayarkannya, bila dibayarkannya hutang tersebut dan jadi berkurang nisabnya baru tidak ada zakat dan ini sepertinya ini belum dibayarkan karena dengan cicilan jatuh tempo yang agak panjang sehingga demikian belum dibayarkannya dan sampai nisab maka terkena zakat. Allahu a’lam.
- Waktu wajibnya dengan terbenam matahari sore, maghribnya sudah diperbolehkan. Tetapi mana yang lebih afdhol, maka sebelum sholat pagi hari. Tetapi jika anda khawatir tidak mendapatkan mustahiqnya pada pagi hari ini, karena mereka juga sedang sibuk bersiap-siap untuk keperluan pada hari tersebut, dan siap-siap untuk berangkat sholat iedul fitri, maka sebaiknya malam lebih baik juga bila dikhawatirkan pada pagi hari itu tidak menemukan orang yang menerimanya.
- Bila ibu ini memang masih mustahiq zakat karena statusnya masih miskin tapi dengan cara berbohong maka tidak baik. Maka tidak ada salahnya untuk datang ketempat ibu tadi dan melihat apakah dia memang mustahiq zakat atau tidak. Tapi dari madzhar, tampak dari penampilannya dan zhon anda kuat bahwa dia adalah mustahiq, berikan dan itu tidak mengapa. Tetapi caranya berbohong, maka diingatkan saja ibu ini.
Pertanyaan :
Apakah bayi yang baru lahir ada kewajiban zakatnya? Kalau ada, bukankah bayi lahir dalam keadaan suci ?
Jawaban :
Bayi yang lahir setelah lewat waktu wajib zakat fitrah,umpanya lahir
setelah terbenam matahari terakhir dibulan ramadhan, maka para ulama
mengatakan tidak ada kewajiban zakatnya, tapi kalau dia lahir sebelum
terbenam matahari,disore hari lahir maka ada kewajiban, sekalipun tidak
ada dosanya, karena Rasulullah mengatakan “ diwajibkan atas anak kecil dan orang dewasa”.
Dan bila dia lahir sebelum waktu wajib berarti dia terkena
waktu wajib zakat fitrah, kalau tidak maka tidak terkena kewajiban zakat
fitrah, umpanya setelah masuk waktu zakat fitrah lahir,misalnya ba’da
isya di malam I’edul fitri maka tidak ada kewajiban zakat fitrah.
Tetapi disunnahkan juga dia mengeluarkan zakat fitrah untuk anak ini
dan dari janinpun bila kehamilan telah masuk 4 bulan maka disunnahkan
juga, sebagaimana atsar yang meriwayatkan dari Ustman bin Affan RA oleh
Ibnu Syaibah dalam Musannafnya, dengan demikian disunnahkan ini.
Dan sebaliknya orang yang meninggal sebelum matahari terbenam tidak
ada kewajiban, karena dia telah meninggal sebelumnya, tetapi meninggal
setelah matahari terbenam di hari terakhir di bulan Ramadhan maka ada
kewajiban membayar zakat fitrah, karena dia mendapatkan waktu wajib
zakat fitrah. Allahu ta’ala a’lam.
Pertanyaan :
Orang yang tidak berpuasa dan tidak shalat tetapi miskin apakah dia tetap berhak mendapatkan zakat fitrah?
Jawaban :
Dia tidak berhak mendapatkan zakat fitrah, bila tidak diharapkan
masuknya kedalam islam kembali tapi dalam rangka menguatkan hatinya
untuk berada dalam islam dengan diberikan zakat tersebut dia menjadi
tertarik dan lebih semangat untuk beragama Allah, maka tidak mengapa dia
anda berikan, selain anda berikan harta juga anda berikan nasehat
kepadanya agar di bertaubat kepada Allah SWT dan menjalankan syariat
Allah dengan sempurna.
Pertanyaan :
Mohon diulang kembali penjelasan berapa liter per orang untuk zakat
fitrah ? dan bolehkah kita melebihkan dalam rangka kehati-hatian ?
Jawaban :
Seperti yang kita katakan tadi dengan sha’nya Zaid bin Tsabit bahwa
diukur maka sekitar 2,5 kg maka bila anda lebihkan menjadi 3 kg maka
lebih baik, kalau diniatkan lebihnya adalah sedekan biasa.
Pertanyaan :
Assalamu alaikum ust.
- Saya mau nanya terkait dengan zakat, selama ini saya mengeluarkan zakat dengan menggunakan tahun Masehi, tapi Qadarullah baru paham bahwa pengeluaran zakat itu harus dengan tahun Hijriah, tapi saya lupa, sepertinya saya terkena wajib zakat beberapa tahun yang lalu. Nah bagaimana caranya ust untuk mengalihkan pada tahun Hijriah untuk mengeluarkan zakatnya. Saya biasa mengeluarkan zakat setiap bulan Januari. Setiap tahun saya mengeluarkan zakat. Maka bagaimana saya menghitung kembali awal wajib zakat ?
- Ada orang yang menyalurkan zakat maal pada kami, kemudian kami tampung, kemudian baru kami keluarkan untuk para penuntut ilmu, tapi ini sesuai dengan keperluan mereka, misalkan ada 15 juta kemudian kami berikan pada penuntut ilmu dengan cara berangsur dalam satu tahun atau lebih- status saya adalah dadakan dititipkan orang-?
- Ada seorang miskin tapi ada kebiasaannya yang tidak bisa dihilangkan yaitu merokok dan berjudi apakah juga berhak menerima zakat fitrah?
Jawaban :
- Untuk yang telah dibayarkan dengan masehi perkirakan kembali dari tahun berapa beliau mulai membayar zakat, andai sekarang tahun 2012 beliau mulia membayar zakat dari tahun 2000 berarti sudah 12 kali beliau mengeluarkan zakat, maka untuk satu tahunnya dia tidak membayar 11 hari. Kalikan 11 dengan 12 tadi berapa hari jadinya bila sampai 1/3 tahun maka diperkirakan saja rata-rata dia membayar zakat dan dibagi 1/3 tersebut dan dikeluarkan lagi untuk fakir miskin. Artinya di hitung kembali karena itu adalah hak fakir miskin yang tidak terbayarkan karena kita tahu, maka apabila sampai 30 tahun dia menggunakan tahun masehi tersebut maka satu tahun dia tidak membayar hak fakir miskin, bila 10 tahun berarti ada 1/3 tahun, maka rata-rata berapa dia mengeluarkan zakat,bayarkan 1/3 dari rata-rata selama itu. Allahu Ta’ala A’lam. Untuk kedepannya majukan 11 hari dari hari tahun Masehi, kalau dia tetap ingin menghitung dengan masehi juga maka naikkan persentasenya menjadi 2,575 % yang telah berlalu wajib dibayarkan karena ini hak yang berkaitan dengan hak orang fakir miskin dan asnaf yang lainnya.
- Untuk penuntut ilmu mereka masih masuk dalam fi sabilillah bila dalam kondisi mereka bukan fakir miskin, bila mereka fakir miskin sifat mereka dua sifat untuk mendapatkan zakat ini, karena fakir dan penuntut ilmu karena termasuk orang yang berjuang dijalan Allah ta’ala dengan hujjah dan dalilnya, maka apabila status penanya hanya sebagai wakil saja dan status wakil dia bertanggung jawab atas zakat tersebut, kalau hilang karena lalai maka dia harus mengganti, maka saya anjurkan berikan pada pihak yayasan tersebut atau kalau anak ini punya tabungan masukkan pada tabungan-tabungan mereka, karena status penanya sebagai wakil, kecuali penanya adalah lembaga resmi yayasan sosial yang diakui oleh negara dalam akta pendiriannya bahwa dibenarkan untuk mengumpulkan zakat dan menyalurkannya, maka karena dia adalah lembaga resmi maka boleh menyimpan untuk melihat maslahat kepada anak-anak ini, dikwatirkan mereka menggunakan untuk sesuatu yang tidak berguna maka boleh diberikan dengan cara berangsur-angsur dan ada baiknya juga dengan kondisi seperti ini untuk bekerjasama dengan pihak pengurus pesantren atau dimana anak-anak itu belajar, tetapi kalau dilihat anak-anak ini di berbagai pesantren maka dia yang mendatangi anak-anak tersebut dan dia pegang tidak masalah, tapi status anda adalah sebagai wakil maka anda tidak boleh menyia-nyiakan hak perwakilan ini dan harus amanah dan di kwatirkan terjadi hal-hal diluar kemampuan anda, karena kelalain, maka anda harus mengganti hak fakir miskin tersebut.
- Kalau zakat fitrah yang dimaksud maka pendapat pertama mengatakan hanya untuk orang fakir dan miskin, bila orang ini masih fakir dan miskin maka dia berhak mendapat karena statusnya tersebut tetapi atas dasar kefasikannya selagi dia masih muslim, sholat, berpuasa, tetapi terkadang melakukan kefasikan, dia masih muslim maka tidak ada salahnya anda berikan zakat juga anda nasehati dia, bila tidak, dia masih tetap dalam keadaan demikian, para ulama mengatakan tidak baik diberikan zakat pada mereka, kesimpulannya dalam hal ini lihatlah kemaslahatannya, bila dengan diberikan zakat dia akan berubah maka baik anda berikan, bila tidak, sebaiknya jangan karena zakat tersebut untuk menolong orang-orang beribadah kepada Allah, diantaranya adalah Amil, karena dalam rangka ibadah, begitu juga fisabilillah, maka sebagian ulama mengatakan zakat adalah untuk membantu orang untuk mentaati Allah SWT bukan untuk memaksiati Allah. Apabila diberikan zakat dan digunakan untuk judi dan untuk hal yang diharamkan seperti merokok berarti anda menolong dia untuk bermaksiat pada Allah.
Pertanyaan :
Orang yang tidak puasa, tidak sholat, tapi membayar zakat fitrah. Apakah sah zakatnya?
Jawaban:
Bila sama sekali dia tidak sholat, kemudian tidak berpuasa. Yang
sholat sebagian para ulama mengatakan bahwa bisa menyebabkan dia keluar
dari islam. Maka non muslim atau yang murtad dari islam karena tidak
sholat sama sekali, maka zakatnya tidak diterima sebagai zakat. Maka
nanti zakat tersebut hanya dianggap sebagai pemberian dari non muslim
tapi tidak dianggap sebagai zakat.
Pertanyaan :
Kalau zakat fitrah haruskah dengan ijab qobul, atau cukup dengan niat
dalam hati. Bagaimana kalau kita langsung berikan pada yang berhak?
Jawaban :
Niat dalam ibadah zakat mal, zakat fitrah, jumhur para ulama
mengatakan bahwa harus dengan berniat. Berdasarkan sabda Nabi SAW bahwa
bahwa amal tersebut dengan niat. Maka jika tidak berniat, maka tidak
sah. Dan niat dalam hati, bukan dengan kata-kata “saya berikan zakat
ini kepada anda “ Tidak. Dan qobul diterima oleh penerima walaupun
tidak dengan kata-kata, dan bahkan jual belipun tanpa kata-kata “saya
jual, saya beli”, menurut mayoritas para ulama hukum jual beli tersebut
sah, apalagi ini zakat atau sodaqoh. Dan terkadang seseorang diambil
dengan cara paksa zakat malnya, tentu dalam hatinya tidak ridho, tapi
tetap sah. Karena dengan cara dipaksa, Allah mengatakan “Ambillah dari
harta-harta mereka zakat”. Niat dalam hati iya, tapi apakah perlu
dilafadzkan dalam ijab qobul, maka tidak wajib dilafadzkan.
Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya, apakah wajib atau haram seorang guru yang
mengajarkan mengaji pada murid-murid dan meminta zakat kepada
murid-muridnya tersebut dengan mengirimkan selebaran ?
Jawaban :
Bila guru ini adalah mustahiq zakat, fakir miskin, atau di daerah
tersebut tidak ada yang mengajarkan Al Quran dengan Cuma-Cuma, dan dia
menghabiskan waktunya untuk mengajar sehingga menyebabkan dia tidak
punya waktu untuk berusaha menafkahi diri dan keluarganya, maka dia
bagian dari mustahiq zakat. Daan jika dia menghabiskan waktunya untuk
mengajarkan Qur’an, maka dia bisa dianggap Fii Sabilillah, maka boleh
meminta haknya dia sebagai fakir miskin untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun jika tidak, maka dia tidak boleh melakukan hal ini. Tetapi
tentulah orang akan melihat dia telah merendahkan dirinya, sehingga
Allah mengatakan : “Ada orang yang datang meminta-minta haknya atau
fakir miskin yang meminta haknya, maka boleh diberikan harta dan zakat
kepada mereka, dia menjaga dirinya, menjaga air muka nya dan tidak
meminta-minta padahal dia juga yang berhak menerimanya, maka baiknya
menjadi bagian yang kedua. Tapi jika anda bisa menahan diri dari tidak
meminta minta walaupun itu hak anda, maka itu jauh lebih baik.
Pertanyaan :
Bagaimana jika kita tidak membayar zakat fitrah, apakah sah puasa
kita diterima oleh Allah, sementara kita tidak mengetahui sebelumnya.
Jawaban :
Bila memang tidak diajarkan di daerah itu, dan dia baru tahu kalau
ada kewajiban membayar zakat fitrah, insyaallah tidak ada kewajiban bagi
orang yang dengan kejahilan dia untuk tidak mengeluarkannya. Tapi
tidak masalah juga bila ia memiliki harta untuk mengeluarkannya. Karena
kata Rosululloh SAW“ bahwa zakat kita tersebut untuk membersihkan puasa
seseorang dari Lagho dan Rafats”. Dengan demikian, insyaallah puasanya
diterima oleh Allah SWT karena dia hanya membersihkan saja dari laghoh
dan rafats dan tidak ada hubungannya dengan diterima tidaknya puasanya.
Tapi ini kewajiban tersendiri yang berkaitan, tapi tidak berkaitan jadi
sah atau tidak sah puasanya. Dengan demikian, bertaubatlah kepada
Allah SWT, bila diberikan rizki oleh Allah SWT keluarkanlah sedekah
biasa.
Kesimpulan :
Di akhir pertemuan ini, marilah kita kaum muslimin, kaum muslimat
yang dimulaikan oleh Allah SWT, untuk melihat kembali harta-harta kita
untuk dikeluarkan hak-hak orang lain disana dalam bentuk zakat mal.
Hitung dengan cara yang benar. Bila tidak tahu caranya, bertanyalah
pada ahli ilmu cara menghitungnya. Kemudian selain menghitung,
keluarkanlah dengan berniat, kemudian berikanlah pada orang-orang yang
jelas mustahiqnya, yang jelas tidak ada perbedaan para ulama. Bila ada
perbedaan antara ulama tentang orang ini, atau yayasan ini, atau lembaga
ini, untuk masjid ini, atau keperluan ini, maka sebaiknya hindari
supaya anda menjalankan ibadah anda merasa yakin akan ditrima oleh Allah
SWT. Dan jangan lupa mengeluarkan zakat fitrah satu sha’ ketika sudah
masuk waktu wajibnya, dan sudah boleh dua hari sebelum malam idul fitri
dan berakhir dengan waktu sholat idul fitri agar puasa kita bersih dari
Laghoh dan rafats, dan berbahagia dengan kain muslimin di hari mulia
tersebut, yaitu idul fitri.