Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh - Selamat Datang Di SMA IBNU HAJAR BOARDING SCHOOL - PUTRA - Jl. Bungur II, Harjamukti Cimanggis Depok No.Hp 0896 7811 5102

http://ibnuhajarpersada.com/

http://ibnuhajarpersada.com/

http://ibnuhajarpersada.com/


http://ibnuhajarpersada.com/

http://ibnuhajarpersada.com/

http://ibnuhajarpersada.com/

http://ibnuhajarpersada.com/




https://ihbs.or.id/

Senin, 01 Agustus 2016

Perjuangan Abuya Dimyathi Meraih Ilmu


Abuya Dimyati Cidahu Banten (1925-2003 M.) saat masih menjadi santri jika pergi ke pondok tidak pernah membawa bekal apapun kecuali sedikit beras dan sebotol minyak kelentik (kelapa).

Jika ada pengajian, Abuya tidak pernah membawa kitab seperti lazimnya santri yang lain, karena kitab pada waktu itu masih sangat langka dan juga karena Abuya tidak memiliki cukup uang untuk membelinya. Akan tetapi apabila Tubagus Abdul Halim (guru beliau) mengajar santri, Abuya selalu hadir dan mengikuti dengan seksama dan penuh takzhim.

Untuk memperdalam ilmunya, Abuya hanya mampu meminjam kitab kepada temannya untuk dimuthola’ah (mengkaji dan mempelajari) sendiri. Dan hal ini dilakukannya setiap malam di atas jam 00.00 Wib (tengah malam). Tatkala ada suatu masalah atau kaidah atau mauizhah, maka ditulisnya di atas kertas yang amat sederhana kemudian dihafalnya.

Untuk mendapatkan secarik kertas Abuya harus mencari di tempat-tempat sampah. Jika didapatinya dalam keadaan kotor, maka kertas tersebut dicuci dengan sangat hati-hati, karena takut robek.

Abuya pernah mengumpamakan kepada H. Muhammad Murtadlo, putranya, apabila mendapatkan kertas sebesar dua tapak jari saja, maka Abuya merasa sangat senang. Apalagi mendapatkan kertas sebesar amplop. Oleh sebab itu Abuya sampai akhir hayat sangat rajin mengumpulkan kertas-kertas sekecil apapun. Abuya tidak pernah membuang atau membakar sehelai kertas atau amplop atau bungkus rokok sekalipun.

Apabila Abuya tidak melakukan muthola’ah pada waktu yang sama, maka Abuya akan mengisi waktunya dengan taqarrub ila Allah (wirid/berzikir sirri), baik sambil duduk di dalam kamar maupun sambil mengelilingi kamar-kamar jika diserang rasa lelah dan kantuk. Sekaligus juga menikmati sunyinya malam. Sesuai dengan ajaran tasawuf bahwa
بِقَدْرِ الكَدِّ تَكْتَسِبُ المَعَالِي
وَمَنْ طَلَبَ العُلَا سَهَرَ اللَّيَالِي
“Hendaklah kamu dengan sepenuh jiwa dapat menggapai kemuliaan. Dan barang siapa mengharap kemuliaan, maka hendaklah ia bangun di tengah kesunyian malam.”
* * *
Semoga bisa menginpirasi santri-santri yang sekarang sedang isytighal menuntut ilmu dimanapun berada.

*Dikutip dari Manaqib Abuya Cidahu.