Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh - Selamat Datang Di SMA IBNU HAJAR BOARDING SCHOOL - PUTRA - Jl. Bungur II, Harjamukti Cimanggis Depok No.Hp 0896 7811 5102

http://ibnuhajarpersada.com/

http://ibnuhajarpersada.com/

http://ibnuhajarpersada.com/


http://ibnuhajarpersada.com/

http://ibnuhajarpersada.com/

http://ibnuhajarpersada.com/

http://ibnuhajarpersada.com/




https://ihbs.or.id/

Rabu, 10 Agustus 2016

Penyakit ATRIAL FIBRILASI




Suatu ketika pernah ada pasien ditemani anaknya mampir ke tempat praktek. Sang anak menuntun bapaknya dengan perlahan. Pasien saya itu usianya sekitar 50 tahunan, beliau tampak kesulitan menggerakan kaki kanannya sehingga harus dituntun. Setelah mereka berdua duduk, saya memperkenalkan diri dan menanyakan keluhannya apa.

Sang anak menjawab: "Begini dok, ayah saya ini sudah 3x kena stroke, awalnya stroke ringan sekitar 2 tahun yang lalu, tidak lama beliau pulih. Tapi dalam setahun ini beliau kena stroke hingga 2x, terakhir sekitar 2 minggu yang lalu. Kini bapak saya kesulitan berjalan dan berkomunikasi. Saya disarankan dokter spesialis syaraf yang menangani bapak untuk berkonsultasi dengan dokter, siapa tahu ada kelainan jantung yang dapat mengakibatkan stroke"

Saya kemudian bertanya "Bapaknya bisa memahami pertanyaan saya?"

Anak-nya menjawab: "Bisa dok, tapi beliau tidak bisa membalasnya." Tampaknya sang bapak mengalami afasia motorik, kelainan yang umum timbul pada pasien stroke yang mengakibatkan pasien kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan / tertulis.

Saya kemudian bertanya: "Apa sebelumnya bapak punya tekanan darah tinggi, kencing manis atau hobi merokok?"

Anak-nya menjawab: "Tidak dok, bapak dulu sehat-sehat saja, dokternya juga heran kenapa bisa stroke berulang, ini dok saya bawakan hasil-hasil pemeriksaan sebelumnya.

Saya lihat dalam berkas yang dibawa ada hasil CT-scan kepala, kesimpulannya: stroke infark, artinya stroke terjadi karena ada sumbatan aliran darah ke otak. Hasil lab-nya menemukan adanya kadar kolesterol darah yang kadarnya sedikit lebih tinggi dari normal. Ada hasil ronsen dada, hasilnya dalam batas normal. Ada hasil rekam jantung atau EKG, hasilnya juga normal. Pasien juga ternyata sudah pernah di USG jantung / ekokardiografi, hasilnya dimensi ruang jantung dan katup normal, cuma ada disfungsi diastolik, relatif normal untuk usia pasien. Bisa disimpulkan dari pemeriksaan sebelumnya tidak menemukan adanya kelainan bermakna yang dapat menyebabkan stroke berulang.

"Tampaknya kalau dari pemeriksaan sebelumnya semua relatif normal ya. Saya coba periksa dulu ya."

Setelah di periksa, ukuran jantung relatif normal, setelah didengarkan cukup lama, irama jantungnya teratur, tidak terdengar bunyi jantung tambahan. Saya juga tidak menemukan adanya bunyi bruit pada di arteri karotis di leher.

"Bapak suka ada keluhan berdebar?" Pasien kemudian mengangguk mengiyakan.

"Sebelumnya sudah pernah dilakukan pemeriksaan USG arteri karotis?" - "Belum pernah dok" jawab sang anak. USG arteri karotis adalah pemeriksaan arteri di daerah leher, pemeriksaan ini direkomendasikan (rekomendasi kelas I) dikerjakan pada mereka yang telah mengalami stroke, transient ischemic attack (TIA) dan mereka yang berisiko tinggi memiliki kelainan pembuluh darah.

"Kita coba periksa EKG dan USG arteri karotis ya pak. Palau mau diperiksanya disebelah." Anaknya kemudian setuju. Setelah diperiksa, ternyata EKG nya normal, tidak ada perumahan dari EKG sebelumnya. USG arteri karotis-nya juga tidak menemukan adanya kelainan pembuluh darah atau gumpalan darah.

"Pak hasilnya normal, tapi perlu saya utarakan kalau pemeriksaan EKG ini hanya dikerjakan beberapa saat saja, tidak bisa digunakan untuk menyingkirkan kelainan irama hilang-timbul yang muncul sewaktu-waktu. Tadi saya sempat tanya katanya bapak ada keluhan berdebar. Mungkin saja ada gangguan irama yang tidak terdeteksi di EKG".

"Jadi apa yang harus dilakukan dok?" tanya anaknya pasien.

"Kita periksa holter saja ya pak, Holter itu pemeriksaan EKG 24 jam, nanti bapak dipasang elektroda di dada, elektroda itu kemudian disambungkan ke alat sebesar Handphone yang akan dipasang di sabot yang dapat merekam aktivitas listrik jantung sepanjang hari".

"Apa bapak saya harus dirawat untuk pemeriksaan itu dok?", tanya sang anak.  "Tidak usah pak, alatnya bisa dibawa pulang. Bapak beraktivitas normal saja seperti biasa. Cuma alatnya dijaga saja ya pak jangan sampai basah, nanti alatnya bisa rusak kalau basah".

Sang bapak kemudian menjalani pemeriksaan Holter. Keesokan harinya alat dikembalikan. Setelah diperiksa ternyata memang ada gangguan irama berupa atrial fibrilasi. Atrial fibrilasi adalah salah satu bentuk gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan. Atrial fibrilasi ada yang menetap (permanent) dan ada yang muncul sewaktu-waktu (paroksismal), keduanya memiliki risiko yang sama besar dalam menyebabkan terjadinya stroke infark. Pada kelainan jantung ini, aktivitas listrik di atrium atau serambi dihasilkan secara acak sehingga atrium yang seharusnya berkontraksi teratur, praktis hanya bergetar saja. Kelainan ini mengakibatkan rentan timbul gumpalan darah di atrium yang disuatu waktu rentan lepas dan mengakibatkan stroke infark.

Risiko anda mengalami AF akan semakin tinggi jika anda:
- Berusia lanjut (> 60 tahun)
- Memiliki kencing manis (Diabetes)
- Memiliki tekanan sarah tinggi (Hipertensi)
- Memiliki penyakit jantung yang mendasari AF
- Memiliki penyakit tyroid
- Memiliki penyakit paru kronis
- Memiliki Obstructive Sleep Apnea (atau OSA)
- Mengkonsumsi alkohol atau obat perangsang SSP yang berlebih
- Sedang sakit/infeksi berat

Pada pasien ini, setelah ditanya slang ke Istrinya pada kunjungan berikutnya, ternyata sebelum mengalami stroke, pasien sering mengorok dan seringkali tampak berhenti bernafas saat tidur. Jadi kemungkinan besar sang pasien memiliki obstructive sleep apnea (OSA) yang membuatnya rentan mengalami atrial fibrilasi. Setelah AF terdiagnosis, maka ada beberapa pilihan terapi yang bisa diambil, terapi pertama kita kurangi risiko terjadinya stroke dengan obat yang dapat mencegah timbulnya gumpalan darah atau anti koagulan, kedua kita cegah terjadinya AF dengan pengobatan anti aritmia. Kalau AF masih dirasa menggangu atau pasien ingin terbebas dari obat, bisa dilakukan tindakan kateterisasi jantung disertai radiorablasi untuk menghilangkan sumber listrik abnormal di atrium. Pasien ini kerena alasan biaya lebih memilih untuk diobati saja. Allhamdullilah dengan kontrol yang baik hingga kini tidak lagi terjadi stroke.

Atrial fibrilasi merupakan salah satu penyebab penting Stroke yang hingga saat ini merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian di berbagai belahan dunia. Sayangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang penyakit ini masih sangat rendah. Keluhan AF sangat bervariasi dan bisa jadi tidak terlalu mengganggu sehingga tidak sedikit orang yang mengabaikannya. Tapi ketika akhirnya  stroke terjadi, menjadi sulit untuk mengabaikannya karena gejalanya berat dan nyawa menjadi taruhannya. 1/4 pasien STROKE akan meningeal di tahun pertama, 1/3 diantaranya akan mengalami kecacatan permanen seperti pasien saya ini. Semua itu bisa dicegah bila saja AF bisa terdeteksi lebih awal dan mendapat terapi yang tepat.

Tulisan ini saya buat dalam rangka Asia Pasific AF Awareness Campaign 2016. Semoga dapat bermanfaat dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait AF. Mohon share-nya jika anda merasa tulisan ini bermanfaat. Terimakasih.